Masih
tentang hubungan dua Keluarga Besar, tak jarang karena baik hati dan
prasangka baik, orang menjadi tidak hati-hati dan tidak waspada.
Orang-orang tua Jawa menasihati agar kita tidak menerima tinggal menetap
saudara perempuan dari isteri, kecuali kanak-kanak, ibu dan nenek atau
orang yang sudah uzur. Demikian pula sebaliknya, tidak boleh menerima
saudara lelaki dari suami. Semuanya diizinkan dalam batas-batas
kunjungan silaturahmi kekeluargaan satu sampai tiga hari.
Nasihat tersebut diberikan guna mencegah kemungkinan terjadinya skandal dalam keluarga. Sementara itu hubungan antar keluarga yang sudah menikah pun harus diatur sesuai dengan peribahasa “jauh bau bunga, dekat bau bangkai”. Maknanya, jangan terlalu dekat, tapi harus ada jarak, baik secara fisik maupun non fisik. Jarak secara fisik menimbulkan kerinduan dan mudah menumbuhkan kenangan-kenangan indah nan harum semerbak. Sedangkan secara nonfisik membuat kita masing-masing memiliki ruang pribadi yang tidak bisa dicampuri oleh orang lain, kecuali kita minta. Jarak seperti ini menjadikan kita jernih dan obyektif. Sebaliknya hubungan yang terlalu rapat tanpa jarak, mudah menjemukan dan menyulut emosi buruk.
Hal lain yang juga perlu dijunjung tinggi dalam rumahtangga dan hubungan keluarga adalah menutupi aib dan kekurangan keluarga, lebih-lebih aib dan kekurangan suami isteri. Tarmidzi meriwayatkan, Aisyah berkata, “Saya menceritakan kejelekan orang kepada Nabi Saw”, maka beliau bersabda, “Saya tidak suka menceritakan kejelekan orang walau saya dibayar”. Bahkan dalam kesempatan lain beliau berkata, “Kamu telah mengucapkan satu kalimat yang sangat keji yang apabila dicampur dengan air laut, tentu dapat merusaknya (mengubahnya).”
Tarmidzi juga mengisahkan dari Abu Darda sabda Rasulullah, “Siapa yang mempertahankan kehormatan saudaranya yang akan dicemarkan oleh orang lain, maka Allah akan menolak api dari mukanya besok di hari kiamat.
Masalah menutup aib keluarga ini perlu ditekankan, karena tak jarang orang senang mengumbarnya, seolah-olah sebagai sesuatu lelucon yang patut diceritakan kepada orang lain. Orang bahkan sering tidak menyadari, bila aib saudaranya, termasuk aib keluarga besar anak menantu atau besan, sesungguhnya adalah aibnya sendiri pula. Naudzubillah.
Nasihat tersebut diberikan guna mencegah kemungkinan terjadinya skandal dalam keluarga. Sementara itu hubungan antar keluarga yang sudah menikah pun harus diatur sesuai dengan peribahasa “jauh bau bunga, dekat bau bangkai”. Maknanya, jangan terlalu dekat, tapi harus ada jarak, baik secara fisik maupun non fisik. Jarak secara fisik menimbulkan kerinduan dan mudah menumbuhkan kenangan-kenangan indah nan harum semerbak. Sedangkan secara nonfisik membuat kita masing-masing memiliki ruang pribadi yang tidak bisa dicampuri oleh orang lain, kecuali kita minta. Jarak seperti ini menjadikan kita jernih dan obyektif. Sebaliknya hubungan yang terlalu rapat tanpa jarak, mudah menjemukan dan menyulut emosi buruk.
Hal lain yang juga perlu dijunjung tinggi dalam rumahtangga dan hubungan keluarga adalah menutupi aib dan kekurangan keluarga, lebih-lebih aib dan kekurangan suami isteri. Tarmidzi meriwayatkan, Aisyah berkata, “Saya menceritakan kejelekan orang kepada Nabi Saw”, maka beliau bersabda, “Saya tidak suka menceritakan kejelekan orang walau saya dibayar”. Bahkan dalam kesempatan lain beliau berkata, “Kamu telah mengucapkan satu kalimat yang sangat keji yang apabila dicampur dengan air laut, tentu dapat merusaknya (mengubahnya).”
Tarmidzi juga mengisahkan dari Abu Darda sabda Rasulullah, “Siapa yang mempertahankan kehormatan saudaranya yang akan dicemarkan oleh orang lain, maka Allah akan menolak api dari mukanya besok di hari kiamat.
Masalah menutup aib keluarga ini perlu ditekankan, karena tak jarang orang senang mengumbarnya, seolah-olah sebagai sesuatu lelucon yang patut diceritakan kepada orang lain. Orang bahkan sering tidak menyadari, bila aib saudaranya, termasuk aib keluarga besar anak menantu atau besan, sesungguhnya adalah aibnya sendiri pula. Naudzubillah.
No comments:
Post a Comment