PILIHAN
Inilah Ilmu Marketing Paling Jitu
27 November 2011 16:20:59 Diperbarui: 25 Juni 2015 23:07:43 Dibaca :
33,927 Komentar : 6 Nilai : 0
Marketing adalah strategi menjual. Pelakunya adalah marketer atau lebih
lazim disebut sales. Kata SPG (Sales Promotion Girl) sudah sangat
familiar di telinga kita, sehingga saking familiarnya, laki-laki yang
jadi sales disebutnya juga SPG padahal yang bener adalah SPB (Sales
Promotion Boy). Nah.. menjual ini adalah ruh dari sebuah usaha. Tanpa
marketing usaha apapun tidak akan laku. "Bagaimana mau beli, tahu aja
kagak", begitu kata konsumen. Tung Desem Waringin bilang "bukan hanya
usaha yang harus di jual, diri anda juga harus di jual" Ya.. kita harus
menjual diri, biar kita tahu berapa harga diri kita. Tanpa marketing
diri, orang tidak akan tahu kalau kita itu pintar, punya kemampuan dan
hebat. Inilah penting nya marketing, bisa merubah presepsi umum.
Kita perhatikan menjelang pemilu dan pilkada, pasti banyak orang yang
memarketingkan dirinya sendiri, walaupun terkadang over action dan
narsis. Terlebih tidak terbukti alias bohong. Masih ingat di telinga
kita bunyi iklan "serahkan Jakarta pada ahlinya". Buktinya? Dah mau
pilkada lagi, mau nyalon lagi! Ah... namanya juga iklan. Jangan-jangan
logika yang ada di kepala incumbent "kalau mau terbukti, kasih aku
kesempatan sekali lagi" Beh...
Marketing ini merupakan pos yang gendut, besar pengeluaranya. Dibayar
di awal lagi! Sementara hasilnya, tidak ada yang pasti. Tidak ada satu
ilmu pun yang bisa memprediksi hasil suatu marketing dengan tepat dan
tidak ada satu teori pun yang bisa menjadi acuan untuk marketing.
Semuanya hanya berangkat dari suatu keyakinan dan trial and error.
Marketing itu mahal. Oleh karena mahal, maka diusahakan strategi
mendekati target. Kalau tidak demikian hanya buang-buang uang. Tapi
kalau sebuah marketing berhasil, bisa dipastikan omzet meledak,
penjualan meningkat dan pamor suatu produk menjadi hebat. Kalau
marketing sukses, effeknya bisa berlaku untuk waktu yang lama, apalagi
kalau produknya sendiri yang memarketingkan diri. Atau ada konsumen
loyal yang mau iklan mulut tanpa di bayar.
Manusia sebagai makhluk follower, mudah terpengaruh. Emosi ini yang
dimainkan oleh sebuah produk. Cari bintang iklan yang sesuai dengan
emosi massa, suruh dia beriklan mengajak agar memakai produk tertentu,
hasilnya kulit mulus nan halus nan wangi nan bersih dst. Padahal kulit
dia mulus bukan karena pakai produk tersebut, emang karena dari sono nya
dah mulus. Payahnya banyak yang terobsesi, orang kulitnya gelap makai
produk pemutih, hasilnya? tetap gelap!
Tapi ini dahsyat, effeknya luar biasa. Kualitas dan khasiat bisa jadi
nomor 2, yang utama adalah bagaimana suatu produk bisa laku. Pemenang
bukan yang terbaik tapi yang terjual paling banyak, begitu dalam dunia
marketing. Iklan seakan menjejali alam bawah sadar kita secara massif
dan continoue, hasilnya kita ngeh bahwa mau pinter harus minum jamu
tolak angin, sakit kepala di bodrek aja. Affirmasi iklan sungguh menjadi
trend setter anak-anak sehingga dengan reflek mudah mengucapkan
kata-kata iklan.
Kata-kata tertentu seolah milik orang tertentu, itu juga iklan diri.
Contoh kata ndeso, kembali ke laptop! pasti ingat ingat si Tukul,
prikitiwwww tanpa ada Sule pun orang sudah membayangkan si Sule. Kalau
di sebut kata jarum, pasti orang teringat rokok, bukan jarum jahit.
Gudang garam bukan gudangnya garam tapi pasti rokok. Beli Rinso padahal
Daia, beli Sasa dikasih Aji No Moto dst. Ini adalah contoh bagaimana
hebatnya sebuah iklan mampu mengiklankan dirinya. Image tertancap di
alam bawah sadar konsumen.
Konsumen fanatik menjadi sasaran empuk sebuah produk. Pokok nya beli
sabun mandi ya Lifebouy, odol ya Pepsodent dst, padahal dari segi fungsi
dan khasiat mungkin tidak jauh beda dengan produk sejenisnya. Konsumen
merasa tidak afdol kalau tidak makai produk tertentu, dan produk
tersebut diwariskan secara turun-temurun.
Itu cerita marketing kelas wahid yang telah sukses. Bagi bisnis pemula
marketing adalah masalah tersendiri. Disamping memerlukan dana yang
besar diperlukan pula inovasi marketing. Banyak sarana marketing bagi
pemula dan bisa dibilang murah seperti brosur, flier, spanduk, iklan
mini/baris di majalah. Memang ini tradisional tapi nyarinya juga yang
murah, hehe! Gak perlu lah usaha UKM Pemula milih marketing yang wah..
seperti iklan di TV, baligo pinggir jalan. Saya pernah nanya tuh, ada
baligo pinggir jalan ukuran 1.5 x 3 M biaya sewa pertahunnya Rp
450.000.000,- Busyet deh!
Tidak ada yang tahu iklan mana yang akan dilirik orang, makanya kalau
beriklan jangan hanya satu cara saja. Tidak ada salahnya di coba semua
media. Ya siapa tahu orang nyantol lewat brosur atau lihat spanduk atau
tidak sengaja lagi baca majalah ketemulah iklan kita.
Jadi sebenarnya media untuk marketing yang paling jitu itu apa? tidak
ada! karena semuanya mungkin dan tidak mungkin. Orang tahu di TV bagus
karena telah mencoba di radio gagal, atau karena sudah banyak duitnya
dan tv itu jangkauannya lebih luas, brosur bagus karena spanduknya
luntur dsb. Jadi ilmu marketing yang paling jitu itu adalah COBA, COBA
dan COBA. Coba aja! Apa yang kita yakini, lakukan! Tapi jangan lupa
pesan Tung Desem Waringin "selalu diukur" agar tahu efektifitas iklan
kita.
Bidang marketing atau sales ini yang paling banyak membutuhkan karyawan
dan paling bepeluang untuk menjadi kaya. Ironi kalau job seeker tidak
mau menjadi marketing, anggapan bahwa marketing itu rendahan adalah
ujian pertama untuk sukses sebagai marketing.
Selamat beriklan, jangan takut untuk mencoba!
Salam
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/ismailelfash/inilah-ilmu-marketing-paling-jitu_550a181ea333111d692e3d10
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/ismailelfash/inilah-ilmu-marketing-paling-jitu_550a181ea333111d692e3d10
PILIHAN
Inilah Ilmu Marketing Paling Jitu
27 November 2011 16:20:59 Diperbarui: 25 Juni 2015 23:07:43 Dibaca :
33,927 Komentar : 6 Nilai : 0
Marketing adalah strategi menjual. Pelakunya adalah marketer atau lebih
lazim disebut sales. Kata SPG (Sales Promotion Girl) sudah sangat
familiar di telinga kita, sehingga saking familiarnya, laki-laki yang
jadi sales disebutnya juga SPG padahal yang bener adalah SPB (Sales
Promotion Boy). Nah.. menjual ini adalah ruh dari sebuah usaha. Tanpa
marketing usaha apapun tidak akan laku. "Bagaimana mau beli, tahu aja
kagak", begitu kata konsumen. Tung Desem Waringin bilang "bukan hanya
usaha yang harus di jual, diri anda juga harus di jual" Ya.. kita harus
menjual diri, biar kita tahu berapa harga diri kita. Tanpa marketing
diri, orang tidak akan tahu kalau kita itu pintar, punya kemampuan dan
hebat. Inilah penting nya marketing, bisa merubah presepsi umum.
Kita perhatikan menjelang pemilu dan pilkada, pasti banyak orang yang
memarketingkan dirinya sendiri, walaupun terkadang over action dan
narsis. Terlebih tidak terbukti alias bohong. Masih ingat di telinga
kita bunyi iklan "serahkan Jakarta pada ahlinya". Buktinya? Dah mau
pilkada lagi, mau nyalon lagi! Ah... namanya juga iklan. Jangan-jangan
logika yang ada di kepala incumbent "kalau mau terbukti, kasih aku
kesempatan sekali lagi" Beh...
Marketing ini merupakan pos yang gendut, besar pengeluaranya. Dibayar
di awal lagi! Sementara hasilnya, tidak ada yang pasti. Tidak ada satu
ilmu pun yang bisa memprediksi hasil suatu marketing dengan tepat dan
tidak ada satu teori pun yang bisa menjadi acuan untuk marketing.
Semuanya hanya berangkat dari suatu keyakinan dan trial and error.
Marketing itu mahal. Oleh karena mahal, maka diusahakan strategi
mendekati target. Kalau tidak demikian hanya buang-buang uang. Tapi
kalau sebuah marketing berhasil, bisa dipastikan omzet meledak,
penjualan meningkat dan pamor suatu produk menjadi hebat. Kalau
marketing sukses, effeknya bisa berlaku untuk waktu yang lama, apalagi
kalau produknya sendiri yang memarketingkan diri. Atau ada konsumen
loyal yang mau iklan mulut tanpa di bayar.
Manusia sebagai makhluk follower, mudah terpengaruh. Emosi ini yang
dimainkan oleh sebuah produk. Cari bintang iklan yang sesuai dengan
emosi massa, suruh dia beriklan mengajak agar memakai produk tertentu,
hasilnya kulit mulus nan halus nan wangi nan bersih dst. Padahal kulit
dia mulus bukan karena pakai produk tersebut, emang karena dari sono nya
dah mulus. Payahnya banyak yang terobsesi, orang kulitnya gelap makai
produk pemutih, hasilnya? tetap gelap!
Tapi ini dahsyat, effeknya luar biasa. Kualitas dan khasiat bisa jadi
nomor 2, yang utama adalah bagaimana suatu produk bisa laku. Pemenang
bukan yang terbaik tapi yang terjual paling banyak, begitu dalam dunia
marketing. Iklan seakan menjejali alam bawah sadar kita secara massif
dan continoue, hasilnya kita ngeh bahwa mau pinter harus minum jamu
tolak angin, sakit kepala di bodrek aja. Affirmasi iklan sungguh menjadi
trend setter anak-anak sehingga dengan reflek mudah mengucapkan
kata-kata iklan.
Kata-kata tertentu seolah milik orang tertentu, itu juga iklan diri.
Contoh kata ndeso, kembali ke laptop! pasti ingat ingat si Tukul,
prikitiwwww tanpa ada Sule pun orang sudah membayangkan si Sule. Kalau
di sebut kata jarum, pasti orang teringat rokok, bukan jarum jahit.
Gudang garam bukan gudangnya garam tapi pasti rokok. Beli Rinso padahal
Daia, beli Sasa dikasih Aji No Moto dst. Ini adalah contoh bagaimana
hebatnya sebuah iklan mampu mengiklankan dirinya. Image tertancap di
alam bawah sadar konsumen.
Konsumen fanatik menjadi sasaran empuk sebuah produk. Pokok nya beli
sabun mandi ya Lifebouy, odol ya Pepsodent dst, padahal dari segi fungsi
dan khasiat mungkin tidak jauh beda dengan produk sejenisnya. Konsumen
merasa tidak afdol kalau tidak makai produk tertentu, dan produk
tersebut diwariskan secara turun-temurun.
Itu cerita marketing kelas wahid yang telah sukses. Bagi bisnis pemula
marketing adalah masalah tersendiri. Disamping memerlukan dana yang
besar diperlukan pula inovasi marketing. Banyak sarana marketing bagi
pemula dan bisa dibilang murah seperti brosur, flier, spanduk, iklan
mini/baris di majalah. Memang ini tradisional tapi nyarinya juga yang
murah, hehe! Gak perlu lah usaha UKM Pemula milih marketing yang wah..
seperti iklan di TV, baligo pinggir jalan. Saya pernah nanya tuh, ada
baligo pinggir jalan ukuran 1.5 x 3 M biaya sewa pertahunnya Rp
450.000.000,- Busyet deh!
Tidak ada yang tahu iklan mana yang akan dilirik orang, makanya kalau
beriklan jangan hanya satu cara saja. Tidak ada salahnya di coba semua
media. Ya siapa tahu orang nyantol lewat brosur atau lihat spanduk atau
tidak sengaja lagi baca majalah ketemulah iklan kita.
Jadi sebenarnya media untuk marketing yang paling jitu itu apa? tidak
ada! karena semuanya mungkin dan tidak mungkin. Orang tahu di TV bagus
karena telah mencoba di radio gagal, atau karena sudah banyak duitnya
dan tv itu jangkauannya lebih luas, brosur bagus karena spanduknya
luntur dsb. Jadi ilmu marketing yang paling jitu itu adalah COBA, COBA
dan COBA. Coba aja! Apa yang kita yakini, lakukan! Tapi jangan lupa
pesan Tung Desem Waringin "selalu diukur" agar tahu efektifitas iklan
kita.
Bidang marketing atau sales ini yang paling banyak membutuhkan karyawan
dan paling bepeluang untuk menjadi kaya. Ironi kalau job seeker tidak
mau menjadi marketing, anggapan bahwa marketing itu rendahan adalah
ujian pertama untuk sukses sebagai marketing.
Selamat beriklan, jangan takut untuk mencoba!
Salam
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/ismailelfash/inilah-ilmu-marketing-paling-jitu_550a181ea333111d692e3d10
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/ismailelfash/inilah-ilmu-marketing-paling-jitu_550a181ea333111d692e3d10
Bidang marketing atau sales ini yang paling banyak membutuhkan karyawan
dan paling bepeluang untuk menjadi kaya. Ironi kalau job seeker tidak
mau menjadi marketing, anggapan bahwa marketing itu rendahan adalah
ujian pertama untuk sukses sebagai
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/ismailelfash/inilah-ilmu-marketing-paling-jitu_550a181ea333111d692e3d10
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/ismailelfash/inilah-ilmu-marketing-paling-jitu_550a181ea333111d692e3d10
PILIHAN
Inilah Ilmu Marketing Paling Jitu
27 November 2011 16:20:59 Diperbarui: 25 Juni 2015 23:07:43 Dibaca :
33,927 Komentar : 6 Nilai : 0
Marketing adalah strategi menjual. Pelakunya adalah marketer atau lebih
lazim disebut sales. Kata SPG (Sales Promotion Girl) sudah sangat
familiar di telinga kita, sehingga saking familiarnya, laki-laki yang
jadi sales disebutnya juga SPG padahal yang bener adalah SPB (Sales
Promotion Boy). Nah.. menjual ini adalah ruh dari sebuah usaha. Tanpa
marketing usaha apapun tidak akan laku. "Bagaimana mau beli, tahu aja
kagak", begitu kata konsumen. Tung Desem Waringin bilang "bukan hanya
usaha yang harus di jual, diri anda juga harus di jual" Ya.. kita harus
menjual diri, biar kita tahu berapa harga diri kita. Tanpa marketing
diri, orang tidak akan tahu kalau kita itu pintar, punya kemampuan dan
hebat. Inilah penting nya marketing, bisa merubah presepsi umum.
Kita perhatikan menjelang pemilu dan pilkada, pasti banyak orang yang
memarketingkan dirinya sendiri, walaupun terkadang over action dan
narsis. Terlebih tidak terbukti alias bohong. Masih ingat di telinga
kita bunyi iklan "serahkan Jakarta pada ahlinya". Buktinya? Dah mau
pilkada lagi, mau nyalon lagi! Ah... namanya juga iklan. Jangan-jangan
logika yang ada di kepala incumbent "kalau mau terbukti, kasih aku
kesempatan sekali lagi" Beh...
Marketing ini merupakan pos yang gendut, besar pengeluaranya. Dibayar
di awal lagi! Sementara hasilnya, tidak ada yang pasti. Tidak ada satu
ilmu pun yang bisa memprediksi hasil suatu marketing dengan tepat dan
tidak ada satu teori pun yang bisa menjadi acuan untuk marketing.
Semuanya hanya berangkat dari suatu keyakinan dan trial and error.
Marketing itu mahal. Oleh karena mahal, maka diusahakan strategi
mendekati target. Kalau tidak demikian hanya buang-buang uang. Tapi
kalau sebuah marketing berhasil, bisa dipastikan omzet meledak,
penjualan meningkat dan pamor suatu produk menjadi hebat. Kalau
marketing sukses, effeknya bisa berlaku untuk waktu yang lama, apalagi
kalau produknya sendiri yang memarketingkan diri. Atau ada konsumen
loyal yang mau iklan mulut tanpa di bayar.
Manusia sebagai makhluk follower, mudah terpengaruh. Emosi ini yang
dimainkan oleh sebuah produk. Cari bintang iklan yang sesuai dengan
emosi massa, suruh dia beriklan mengajak agar memakai produk tertentu,
hasilnya kulit mulus nan halus nan wangi nan bersih dst. Padahal kulit
dia mulus bukan karena pakai produk tersebut, emang karena dari sono nya
dah mulus. Payahnya banyak yang terobsesi, orang kulitnya gelap makai
produk pemutih, hasilnya? tetap gelap!
Tapi ini dahsyat, effeknya luar biasa. Kualitas dan khasiat bisa jadi
nomor 2, yang utama adalah bagaimana suatu produk bisa laku. Pemenang
bukan yang terbaik tapi yang terjual paling banyak, begitu dalam dunia
marketing. Iklan seakan menjejali alam bawah sadar kita secara massif
dan continoue, hasilnya kita ngeh bahwa mau pinter harus minum jamu
tolak angin, sakit kepala di bodrek aja. Affirmasi iklan sungguh menjadi
trend setter anak-anak sehingga dengan reflek mudah mengucapkan
kata-kata iklan.
Kata-kata tertentu seolah milik orang tertentu, itu juga iklan diri.
Contoh kata ndeso, kembali ke laptop! pasti ingat ingat si Tukul,
prikitiwwww tanpa ada Sule pun orang sudah membayangkan si Sule. Kalau
di sebut kata jarum, pasti orang teringat rokok, bukan jarum jahit.
Gudang garam bukan gudangnya garam tapi pasti rokok. Beli Rinso padahal
Daia, beli Sasa dikasih Aji No Moto dst. Ini adalah contoh bagaimana
hebatnya sebuah iklan mampu mengiklankan dirinya. Image tertancap di
alam bawah sadar konsumen.
Konsumen fanatik menjadi sasaran empuk sebuah produk. Pokok nya beli
sabun mandi ya Lifebouy, odol ya Pepsodent dst, padahal dari segi fungsi
dan khasiat mungkin tidak jauh beda dengan produk sejenisnya. Konsumen
merasa tidak afdol kalau tidak makai produk tertentu, dan produk
tersebut diwariskan secara turun-temurun.
Itu cerita marketing kelas wahid yang telah sukses. Bagi bisnis pemula
marketing adalah masalah tersendiri. Disamping memerlukan dana yang
besar diperlukan pula inovasi marketing. Banyak sarana marketing bagi
pemula dan bisa dibilang murah seperti brosur, flier, spanduk, iklan
mini/baris di majalah. Memang ini tradisional tapi nyarinya juga yang
murah, hehe! Gak perlu lah usaha UKM Pemula milih marketing yang wah..
seperti iklan di TV, baligo pinggir jalan. Saya pernah nanya tuh, ada
baligo pinggir jalan ukuran 1.5 x 3 M biaya sewa pertahunnya Rp
450.000.000,- Busyet deh!
Tidak ada yang tahu iklan mana yang akan dilirik orang, makanya kalau
beriklan jangan hanya satu cara saja. Tidak ada salahnya di coba semua
media. Ya siapa tahu orang nyantol lewat brosur atau lihat spanduk atau
tidak sengaja lagi baca majalah ketemulah iklan kita.
Jadi sebenarnya media untuk marketing yang paling jitu itu apa? tidak
ada! karena semuanya mungkin dan tidak mungkin. Orang tahu di TV bagus
karena telah mencoba di radio gagal, atau karena sudah banyak duitnya
dan tv itu jangkauannya lebih luas, brosur bagus karena spanduknya
luntur dsb. Jadi ilmu marketing yang paling jitu itu adalah COBA, COBA
dan COBA. Coba aja! Apa yang kita yakini, lakukan! Tapi jangan lupa
pesan Tung Desem Waringin "selalu diukur" agar tahu efektifitas iklan
kita.
Bidang marketing atau sales ini yang paling banyak membutuhkan karyawan
dan paling bepeluang untuk menjadi kaya. Ironi kalau job seeker tidak
mau menjadi marketing, anggapan bahwa marketing itu rendahan adalah
ujian pertama untuk sukses sebagai marketing.
Selamat beriklan, jangan takut untuk mencoba!
Salam
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/ismailelfash/inilah-ilmu-marketing-paling-jitu_550a181ea333111d692e3d10
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/ismailelfash/inilah-ilmu-marketing-paling-jitu_550a181ea333111d692e3d10
PILIHAN
Inilah Ilmu Marketing Paling Jitu
27 November 2011 16:20:59 Diperbarui: 25 Juni 2015 23:07:43 Dibaca :
33,927 Komentar : 6 Nilai : 0
Marketing adalah strategi menjual. Pelakunya adalah marketer atau lebih
lazim disebut sales. Kata SPG (Sales Promotion Girl) sudah sangat
familiar di telinga kita, sehingga saking familiarnya, laki-laki yang
jadi sales disebutnya juga SPG padahal yang bener adalah SPB (Sales
Promotion Boy). Nah.. menjual ini adalah ruh dari sebuah usaha. Tanpa
marketing usaha apapun tidak akan laku. "Bagaimana mau beli, tahu aja
kagak", begitu kata konsumen. Tung Desem Waringin bilang "bukan hanya
usaha yang harus di jual, diri anda juga harus di jual" Ya.. kita harus
menjual diri, biar kita tahu berapa harga diri kita. Tanpa marketing
diri, orang tidak akan tahu kalau kita itu pintar, punya kemampuan dan
hebat. Inilah penting nya marketing, bisa merubah presepsi umum.
Kita perhatikan menjelang pemilu dan pilkada, pasti banyak orang yang
memarketingkan dirinya sendiri, walaupun terkadang over action dan
narsis. Terlebih tidak terbukti alias bohong. Masih ingat di telinga
kita bunyi iklan "serahkan Jakarta pada ahlinya". Buktinya? Dah mau
pilkada lagi, mau nyalon lagi! Ah... namanya juga iklan. Jangan-jangan
logika yang ada di kepala incumbent "kalau mau terbukti, kasih aku
kesempatan sekali lagi" Beh...
Marketing ini merupakan pos yang gendut, besar pengeluaranya. Dibayar
di awal lagi! Sementara hasilnya, tidak ada yang pasti. Tidak ada satu
ilmu pun yang bisa memprediksi hasil suatu marketing dengan tepat dan
tidak ada satu teori pun yang bisa menjadi acuan untuk marketing.
Semuanya hanya berangkat dari suatu keyakinan dan trial and error.
Marketing itu mahal. Oleh karena mahal, maka diusahakan strategi
mendekati target. Kalau tidak demikian hanya buang-buang uang. Tapi
kalau sebuah marketing berhasil, bisa dipastikan omzet meledak,
penjualan meningkat dan pamor suatu produk menjadi hebat. Kalau
marketing sukses, effeknya bisa berlaku untuk waktu yang lama, apalagi
kalau produknya sendiri yang memarketingkan diri. Atau ada konsumen
loyal yang mau iklan mulut tanpa di bayar.
Manusia sebagai makhluk follower, mudah terpengaruh. Emosi ini yang
dimainkan oleh sebuah produk. Cari bintang iklan yang sesuai dengan
emosi massa, suruh dia beriklan mengajak agar memakai produk tertentu,
hasilnya kulit mulus nan halus nan wangi nan bersih dst. Padahal kulit
dia mulus bukan karena pakai produk tersebut, emang karena dari sono nya
dah mulus. Payahnya banyak yang terobsesi, orang kulitnya gelap makai
produk pemutih, hasilnya? tetap gelap!
Tapi ini dahsyat, effeknya luar biasa. Kualitas dan khasiat bisa jadi
nomor 2, yang utama adalah bagaimana suatu produk bisa laku. Pemenang
bukan yang terbaik tapi yang terjual paling banyak, begitu dalam dunia
marketing. Iklan seakan menjejali alam bawah sadar kita secara massif
dan continoue, hasilnya kita ngeh bahwa mau pinter harus minum jamu
tolak angin, sakit kepala di bodrek aja. Affirmasi iklan sungguh menjadi
trend setter anak-anak sehingga dengan reflek mudah mengucapkan
kata-kata iklan.
Kata-kata tertentu seolah milik orang tertentu, itu juga iklan diri.
Contoh kata ndeso, kembali ke laptop! pasti ingat ingat si Tukul,
prikitiwwww tanpa ada Sule pun orang sudah membayangkan si Sule. Kalau
di sebut kata jarum, pasti orang teringat rokok, bukan jarum jahit.
Gudang garam bukan gudangnya garam tapi pasti rokok. Beli Rinso padahal
Daia, beli Sasa dikasih Aji No Moto dst. Ini adalah contoh bagaimana
hebatnya sebuah iklan mampu mengiklankan dirinya. Image tertancap di
alam bawah sadar konsumen.
Konsumen fanatik menjadi sasaran empuk sebuah produk. Pokok nya beli
sabun mandi ya Lifebouy, odol ya Pepsodent dst, padahal dari segi fungsi
dan khasiat mungkin tidak jauh beda dengan produk sejenisnya. Konsumen
merasa tidak afdol kalau tidak makai produk tertentu, dan produk
tersebut diwariskan secara turun-temurun.
Itu cerita marketing kelas wahid yang telah sukses. Bagi bisnis pemula
marketing adalah masalah tersendiri. Disamping memerlukan dana yang
besar diperlukan pula inovasi marketing. Banyak sarana marketing bagi
pemula dan bisa dibilang murah seperti brosur, flier, spanduk, iklan
mini/baris di majalah. Memang ini tradisional tapi nyarinya juga yang
murah, hehe! Gak perlu lah usaha UKM Pemula milih marketing yang wah..
seperti iklan di TV, baligo pinggir jalan. Saya pernah nanya tuh, ada
baligo pinggir jalan ukuran 1.5 x 3 M biaya sewa pertahunnya Rp
450.000.000,- Busyet deh!
Tidak ada yang tahu iklan mana yang akan dilirik orang, makanya kalau
beriklan jangan hanya satu cara saja. Tidak ada salahnya di coba semua
media. Ya siapa tahu orang nyantol lewat brosur atau lihat spanduk atau
tidak sengaja lagi baca majalah ketemulah iklan kita.
Jadi sebenarnya media untuk marketing yang paling jitu itu apa? tidak
ada! karena semuanya mungkin dan tidak mungkin. Orang tahu di TV bagus
karena telah mencoba di radio gagal, atau karena sudah banyak duitnya
dan tv itu jangkauannya lebih luas, brosur bagus karena spanduknya
luntur dsb. Jadi ilmu marketing yang paling jitu itu adalah COBA, COBA
dan COBA. Coba aja! Apa yang kita yakini, lakukan! Tapi jangan lupa
pesan Tung Desem Waringin "selalu diukur" agar tahu efektifitas iklan
kita.
Bidang marketing atau sales ini yang paling banyak membutuhkan karyawan
dan paling bepeluang untuk menjadi kaya. Ironi kalau job seeker tidak
mau menjadi marketing, anggapan bahwa marketing itu rendahan adalah
ujian pertama untuk sukses sebagai marketing.
Selamat beriklan, jangan takut untuk mencoba!
Salam
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/ismailelfash/inilah-ilmu-marketing-paling-jitu_550a181ea333111d692e3d10
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/ismailelfash/inilah-ilmu-marketing-paling-jitu_550a181ea333111d692e3d10
PILIHAN
Inilah Ilmu Marketing Paling Jitu
27 November 2011 16:20:59 Diperbarui: 25 Juni 2015 23:07:43 Dibaca :
33,927 Komentar : 6 Nilai : 0
Marketing adalah strategi menjual. Pelakunya adalah marketer atau lebih
lazim disebut sales. Kata SPG (Sales Promotion Girl) sudah sangat
familiar di telinga kita, sehingga saking familiarnya, laki-laki yang
jadi sales disebutnya juga SPG padahal yang bener adalah SPB (Sales
Promotion Boy). Nah.. menjual ini adalah ruh dari sebuah usaha. Tanpa
marketing usaha apapun tidak akan laku. "Bagaimana mau beli, tahu aja
kagak", begitu kata konsumen. Tung Desem Waringin bilang "bukan hanya
usaha yang harus di jual, diri anda juga harus di jual" Ya.. kita harus
menjual diri, biar kita tahu berapa harga diri kita. Tanpa marketing
diri, orang tidak akan tahu kalau kita itu pintar, punya kemampuan dan
hebat. Inilah penting nya marketing, bisa merubah presepsi umum.
Kita perhatikan menjelang pemilu dan pilkada, pasti banyak orang yang
memarketingkan dirinya sendiri, walaupun terkadang over action dan
narsis. Terlebih tidak terbukti alias bohong. Masih ingat di telinga
kita bunyi iklan "serahkan Jakarta pada ahlinya". Buktinya? Dah mau
pilkada lagi, mau nyalon lagi! Ah... namanya juga iklan. Jangan-jangan
logika yang ada di kepala incumbent "kalau mau terbukti, kasih aku
kesempatan sekali lagi" Beh...
Marketing ini merupakan pos yang gendut, besar pengeluaranya. Dibayar
di awal lagi! Sementara hasilnya, tidak ada yang pasti. Tidak ada satu
ilmu pun yang bisa memprediksi hasil suatu marketing dengan tepat dan
tidak ada satu teori pun yang bisa menjadi acuan untuk marketing.
Semuanya hanya berangkat dari suatu keyakinan dan trial and error.
Marketing itu mahal. Oleh karena mahal, maka diusahakan strategi
mendekati target. Kalau tidak demikian hanya buang-buang uang. Tapi
kalau sebuah marketing berhasil, bisa dipastikan omzet meledak,
penjualan meningkat dan pamor suatu produk menjadi hebat. Kalau
marketing sukses, effeknya bisa berlaku untuk waktu yang lama, apalagi
kalau produknya sendiri yang memarketingkan diri. Atau ada konsumen
loyal yang mau iklan mulut tanpa di bayar.
Manusia sebagai makhluk follower, mudah terpengaruh. Emosi ini yang
dimainkan oleh sebuah produk. Cari bintang iklan yang sesuai dengan
emosi massa, suruh dia beriklan mengajak agar memakai produk tertentu,
hasilnya kulit mulus nan halus nan wangi nan bersih dst. Padahal kulit
dia mulus bukan karena pakai produk tersebut, emang karena dari sono nya
dah mulus. Payahnya banyak yang terobsesi, orang kulitnya gelap makai
produk pemutih, hasilnya? tetap gelap!
Tapi ini dahsyat, effeknya luar biasa. Kualitas dan khasiat bisa jadi
nomor 2, yang utama adalah bagaimana suatu produk bisa laku. Pemenang
bukan yang terbaik tapi yang terjual paling banyak, begitu dalam dunia
marketing. Iklan seakan menjejali alam bawah sadar kita secara massif
dan continoue, hasilnya kita ngeh bahwa mau pinter harus minum jamu
tolak angin, sakit kepala di bodrek aja. Affirmasi iklan sungguh menjadi
trend setter anak-anak sehingga dengan reflek mudah mengucapkan
kata-kata iklan.
Kata-kata tertentu seolah milik orang tertentu, itu juga iklan diri.
Contoh kata ndeso, kembali ke laptop! pasti ingat ingat si Tukul,
prikitiwwww tanpa ada Sule pun orang sudah membayangkan si Sule. Kalau
di sebut kata jarum, pasti orang teringat rokok, bukan jarum jahit.
Gudang garam bukan gudangnya garam tapi pasti rokok. Beli Rinso padahal
Daia, beli Sasa dikasih Aji No Moto dst. Ini adalah contoh bagaimana
hebatnya sebuah iklan mampu mengiklankan dirinya. Image tertancap di
alam bawah sadar konsumen.
Konsumen fanatik menjadi sasaran empuk sebuah produk. Pokok nya beli
sabun mandi ya Lifebouy, odol ya Pepsodent dst, padahal dari segi fungsi
dan khasiat mungkin tidak jauh beda dengan produk sejenisnya. Konsumen
merasa tidak afdol kalau tidak makai produk tertentu, dan produk
tersebut diwariskan secara turun-temurun.
Itu cerita marketing kelas wahid yang telah sukses. Bagi bisnis pemula
marketing adalah masalah tersendiri. Disamping memerlukan dana yang
besar diperlukan pula inovasi marketing. Banyak sarana marketing bagi
pemula dan bisa dibilang murah seperti brosur, flier, spanduk, iklan
mini/baris di majalah. Memang ini tradisional tapi nyarinya juga yang
murah, hehe! Gak perlu lah usaha UKM Pemula milih marketing yang wah..
seperti iklan di TV, baligo pinggir jalan. Saya pernah nanya tuh, ada
baligo pinggir jalan ukuran 1.5 x 3 M biaya sewa pertahunnya Rp
450.000.000,- Busyet deh!
Tidak ada yang tahu iklan mana yang akan dilirik orang, makanya kalau
beriklan jangan hanya satu cara saja. Tidak ada salahnya di coba semua
media. Ya siapa tahu orang nyantol lewat brosur atau lihat spanduk atau
tidak sengaja lagi baca majalah ketemulah iklan kita.
Jadi sebenarnya media untuk marketing yang paling jitu itu apa? tidak
ada! karena semuanya mungkin dan tidak mungkin. Orang tahu di TV bagus
karena telah mencoba di radio gagal, atau karena sudah banyak duitnya
dan tv itu jangkauannya lebih luas, brosur bagus karena spanduknya
luntur dsb. Jadi ilmu marketing yang paling jitu itu adalah COBA, COBA
dan COBA. Coba aja! Apa yang kita yakini, lakukan! Tapi jangan lupa
pesan Tung Desem Waringin "selalu diukur" agar tahu efektifitas iklan
kita.
Bidang marketing atau sales ini yang paling banyak membutuhkan karyawan
dan paling bepeluang untuk menjadi kaya. Ironi kalau job seeker tidak
mau menjadi marketing, anggapan bahwa marketing itu rendahan adalah
ujian pertama untuk sukses sebagai marketing.
Selamat beriklan, jangan takut untuk mencoba!
Salam
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/ismailelfash/inilah-ilmu-marketing-paling-jitu_550a181ea333111d692e3d10
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/ismailelfash/inilah-ilmu-marketing-paling-jitu_550a181ea333111d692e3d10
Ilmu Dasar Tehnik Marketing Advance Ada Di Alquran
Mengurangkan Harta Akan Mendapatkan Imbalan Berlipat Ganda?
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (Q.S Al-baqoroh 261)Dalam firmannya diatas, Allah mengatakan bahwa jika kamu memberi dengan ikhlas, maka kamu akan mendapatkan imbalan berlipat-lipat. Jika dipikirkan secara sekilas, sepertinya mustahil jika kita mengurangkan harta kita dengan cara memberinya kepada orang lain lalu kemudian kita bisa mendapatkan keuntungan berlipat-lipat. Dari mana datangnya keuntungan berlipat-lipat itu?
Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat. (Q.S Al-baqoroh 265)
Secara logika orang yang taat kepada agama biasanya mereka percaya akan hal ini walaupun isi di dalam Alquran itu agak tidak masuk akal baginya. Namun tahukah kamu, bahwa sebenarnya firman Allah ini bisa dijelaskan secara logika akan kebenarannya.
Memberi Lalu Menerima
Ya, itu adalah memberi lalu menerima. Memberi produk berupa barang atau jasa kepada konsumen, lalu kemudian menerima keuntungan dari konsumen tersebut. Ya, memang sesimpel itulah bisnis. Maka logikanya, jika kita ingin mendapatkan keuntungan yang lebih, sebaiknya kita fokus untuk berfikir bagaimana caranya untuk meningkatkan pemberian kita agar dapat menerima keuntungan yang berlipat-lipat. Yang di maksud meningkatkan pemberian disini adalah dengan meningkatkan kualitas produk atau jasa yang akan kita berikan kepada konsumen.Kebanyakan tutup disebabkan salah satunya ialah karena hanya mengejar keuntungan semata. Biasanya mereka hanya fokus pada bagaimana caranya agar bisa menerima keuntungan lebih. Tanpa berfikir untuk meningkatkan kualitas pemberiannya. Mereka akan dengan mudah kalah dalam persaingan bisnis.
Ini biasanya terjadi pada seorang pemula yang baru saja bisnis pertamanya. Maka tidak jarang banyak orang yang menyerah pada awal mendirikan bisnisnya karena hanya mengejar keuntungan yang besar.
Tehnik Ini Digunakan Oleh Perusahaan-Perusahaan Besar
Perusahaan-perusahaan besar dunia mempraktekkan tehnik marketing ini. Mereka berlomba-lomba untuk meningkatkan kualitas produk mereka agar tidak kalah dalam persaingan. Siapa sangka perusahaan sebesar Apple ternyata menggunakan tehnik marketing yang mana sudah dijelaskan di dalam Alquran berabad-abad yang lalu.Bukan hanya Apple, perusahaan besar lainnya seperti Google juga menerapkan tehnik ini. Saking pintarnya mereka dalam hal memberi, mereka bisa membuat orang tidak melihat apa sebenarnya keuntungan yang mereka peroleh. Ya, bagi orang awam pastinya bingung bagaimana Google dapat memperoleh keuntungan dimana seluruh produknya digratiskan. Apakah kamu pernah membayar ketika mencari info di Google, menggunakan gmail, atau nonton video konser di Youtube? Inilah kegiatan memberi yang dilakukan oleh
Bahkan dewasa ini, banyak perusahaan melakukan tehnik ini secara extreme. Mereka rela untuk rugi selama bertahun-tahun dengan hanya memberi, memberi, dan memberi. Salah satunya adalah perusahaan marketplace yang sudah besar namanya di Indonesia
Menurut rumor yang beredar, Tokopedia.com merugi selama 5 tahun perusahaannya berdiri. Pengeluaran yang mereka keluarkan untuk memberikan manfaat kepada orang lain tidak sebanding dengan keuntungan yang mereka terima. Namun tahukah kamu, baru-baru ini mereka mendapatkan suntikan dana yang nilainya sangat fantastis dari perusahaan asing. Inilah bukti bahwa Alquran itu sangat nyata bagi orang-orang yang mau berfikir.
Pencarian:
PILIHAN
Inilah Ilmu Marketing Paling Jitu
27 November 2011 16:20:59 Diperbarui: 25 Juni 2015 23:07:43 Dibaca :
33,927 Komentar : 6 Nilai : 0
Marketing adalah strategi menjual. Pelakunya adalah marketer atau lebih
lazim disebut sales. Kata SPG (Sales Promotion Girl) sudah sangat
familiar di telinga kita, sehingga saking familiarnya, laki-laki yang
jadi sales disebutnya juga SPG padahal yang bener adalah SPB (Sales
Promotion Boy). Nah.. menjual ini adalah ruh dari sebuah usaha. Tanpa
marketing usaha apapun tidak akan laku. "Bagaimana mau beli, tahu aja
kagak", begitu kata konsumen. Tung Desem Waringin bilang "bukan hanya
usaha yang harus di jual, diri anda juga harus di jual" Ya.. kita harus
menjual diri, biar kita tahu berapa harga diri kita. Tanpa marketing
diri, orang tidak akan tahu kalau kita itu pintar, punya kemampuan dan
hebat. Inilah penting nya marketing, bisa merubah presepsi umum.
Kita perhatikan menjelang pemilu dan pilkada, pasti banyak orang yang
memarketingkan dirinya sendiri, walaupun terkadang over action dan
narsis. Terlebih tidak terbukti alias bohong. Masih ingat di telinga
kita bunyi iklan "serahkan Jakarta pada ahlinya". Buktinya? Dah mau
pilkada lagi, mau nyalon lagi! Ah... namanya juga iklan. Jangan-jangan
logika yang ada di kepala incumbent "kalau mau terbukti, kasih aku
kesempatan sekali lagi" Beh...
Marketing ini merupakan pos yang gendut, besar pengeluaranya. Dibayar
di awal lagi! Sementara hasilnya, tidak ada yang pasti. Tidak ada satu
ilmu pun yang bisa memprediksi hasil suatu marketing dengan tepat dan
tidak ada satu teori pun yang bisa menjadi acuan untuk marketing.
Semuanya hanya berangkat dari suatu keyakinan dan trial and error.
Marketing itu mahal. Oleh karena mahal, maka diusahakan strategi
mendekati target. Kalau tidak demikian hanya buang-buang uang. Tapi
kalau sebuah marketing berhasil, bisa dipastikan omzet meledak,
penjualan meningkat dan pamor suatu produk menjadi hebat. Kalau
marketing sukses, effeknya bisa berlaku untuk waktu yang lama, apalagi
kalau produknya sendiri yang memarketingkan diri. Atau ada konsumen
loyal yang mau iklan mulut tanpa di bayar.
Manusia sebagai makhluk follower, mudah terpengaruh. Emosi ini yang
dimainkan oleh sebuah produk. Cari bintang iklan yang sesuai dengan
emosi massa, suruh dia beriklan mengajak agar memakai produk tertentu,
hasilnya kulit mulus nan halus nan wangi nan bersih dst. Padahal kulit
dia mulus bukan karena pakai produk tersebut, emang karena dari sono nya
dah mulus. Payahnya banyak yang terobsesi, orang kulitnya gelap makai
produk pemutih, hasilnya? tetap gelap!
Tapi ini dahsyat, effeknya luar biasa. Kualitas dan khasiat bisa jadi
nomor 2, yang utama adalah bagaimana suatu produk bisa laku. Pemenang
bukan yang terbaik tapi yang terjual paling banyak, begitu dalam dunia
marketing. Iklan seakan menjejali alam bawah sadar kita secara massif
dan continoue, hasilnya kita ngeh bahwa mau pinter harus minum jamu
tolak angin, sakit kepala di bodrek aja. Affirmasi iklan sungguh menjadi
trend setter anak-anak sehingga dengan reflek mudah mengucapkan
kata-kata iklan.
Kata-kata tertentu seolah milik orang tertentu, itu juga iklan diri.
Contoh kata ndeso, kembali ke laptop! pasti ingat ingat si Tukul,
prikitiwwww tanpa ada Sule pun orang sudah membayangkan si Sule. Kalau
di sebut kata jarum, pasti orang teringat rokok, bukan jarum jahit.
Gudang garam bukan gudangnya garam tapi pasti rokok. Beli Rinso padahal
Daia, beli Sasa dikasih Aji No Moto dst. Ini adalah contoh bagaimana
hebatnya sebuah iklan mampu mengiklankan dirinya. Image tertancap di
alam bawah sadar konsumen.
Konsumen fanatik menjadi sasaran empuk sebuah produk. Pokok nya beli
sabun mandi ya Lifebouy, odol ya Pepsodent dst, padahal dari segi fungsi
dan khasiat mungkin tidak jauh beda dengan produk sejenisnya. Konsumen
merasa tidak afdol kalau tidak makai produk tertentu, dan produk
tersebut diwariskan secara turun-temurun.
Itu cerita marketing kelas wahid yang telah sukses. Bagi bisnis pemula
marketing adalah masalah tersendiri. Disamping memerlukan dana yang
besar diperlukan pula inovasi marketing. Banyak sarana marketing bagi
pemula dan bisa dibilang murah seperti brosur, flier, spanduk, iklan
mini/baris di majalah. Memang ini tradisional tapi nyarinya juga yang
murah, hehe! Gak perlu lah usaha UKM Pemula milih marketing yang wah..
seperti iklan di TV, baligo pinggir jalan. Saya pernah nanya tuh, ada
baligo pinggir jalan ukuran 1.5 x 3 M biaya sewa pertahunnya Rp
450.000.000,- Busyet deh!
Tidak ada yang tahu iklan mana yang akan dilirik orang, makanya kalau
beriklan jangan hanya satu cara saja. Tidak ada salahnya di coba semua
media. Ya siapa tahu orang nyantol lewat brosur atau lihat spanduk atau
tidak sengaja lagi baca majalah ketemulah iklan kita.
Jadi sebenarnya media untuk marketing yang paling jitu itu apa? tidak
ada! karena semuanya mungkin dan tidak mungkin. Orang tahu di TV bagus
karena telah mencoba di radio gagal, atau karena sudah banyak duitnya
dan tv itu jangkauannya lebih luas, brosur bagus karena spanduknya
luntur dsb. Jadi ilmu marketing yang paling jitu itu adalah COBA, COBA
dan COBA. Coba aja! Apa yang kita yakini, lakukan! Tapi jangan lupa
pesan Tung Desem Waringin "selalu diukur" agar tahu efektifitas iklan
kita.
Bidang marketing atau sales ini yang paling banyak membutuhkan karyawan
dan paling bepeluang untuk menjadi kaya. Ironi kalau job seeker tidak
mau menjadi marketing, anggapan bahwa marketing itu rendahan adalah
ujian pertama untuk sukses sebagai marketing.
Selamat beriklan, jangan takut untuk mencoba!
Salam
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/ismailelfash/inilah-ilmu-marketing-paling-jitu_550a181ea333111d692e3d10
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/ismailelfash/inilah-ilmu-marketing-paling-jitu_550a181ea333111d692e3d10
No comments:
Post a Comment